Lewat Film ‘Musik Untuk Cinta’, Ayo Kenal Lebih Dekat Budaya Cirebon

Indonesia negara yang sangat kaya, mulai dari kekayaan alam, hingga budayanya. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas dan budayanya masing-masing. Salah satu daerah yang kaya akan kebudayaannya adalah Cirebon. Kota yang berada di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah ini juga memiliki banyak budaya yang khas yang bisa kita saksikan di film Musik Untuk Cinta.

Musik Untuk Cinta, film yang diproduseri oleh Abdullah Dudung Yuliarso serta disutradarai oleh Enison Sinaro ini memang mengangkat budaya Cirebon yang jarang diekspos dalam film Indonesia lainnya. Berkisah tentang perjuangan seorang pemuda desa bernama Cecep (diperankan oleh Ian Kasela) untuk mendapatkan hati gadis pujannya, Dewi (Arumi Bachsin). Perjuangan Cecep semakin berat karena harus bersaing dengan Azis (Ferry Ardiansyah) yang kaya dan Aa’ Jimi (Argo Aa Jimi) yang punya latar belakang agama yang kuat. Tidak hanya menampilkan kisah cinta Cecep-Dewi, Musik Untuk Cinta juga menyuguhkan budaya Cirebon. Apa saja budaya yang ditampilkan di film yang juga dibintangi oleh artis senior Titiek Puspa dan Didi Petet ini? Baca terus ya, Bela!

  1. Kirab Budaya Cirebon

Film Musik Untuk Cinta dibuka dengan menampilkan Kirab Budaya Cirebon. Perayaan yang digelar setiap satu tahun sekali ini diadakan sebagai bentuk perayaan hari jadi Cirebon serta bentuk rasa syukur masyarakatnya. Pada Kirab Budaya ini biasanya seluruh masyarakat Cirebon tumpah ruah ke jalan untuk menyaksikan pawai yang terdiri dari peragaan busana daerah, sepeda dan kendaraan hias, pertunjukan seni, hingga abdi dalem keraton yang juga ikut turut turun ke jalan.

  1. Tari Sintren

Dalam film Musik Untuk Cinta, Cecep pertama kali bertemu dengan Dewi saat Dewi sedang latihan menari di alun-alun keraton. Saat itu Dewi dan teman-temannya sedang membawakan tarian sintren. Tari Sintren merupakan tarian khas Cirebon yang diperankan oleh seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan diiringi gending sebanyak 6 orang. Tarian yang banyak berkembang di pesisir utara Jawa Barat ini mengisahkan tentang kisah cinta sepasang kekasih bernama Sulasih dan Sulandono. Karena cinta mereka tidak direstui, akhirnya Sulasih dan Sulandono memutuskan untuk meninggalkan rumah. Sulasih meninggalkan rumah untuk menjadi penari, sementara Sulandono untuk bertapa.

  1. Keraton Kacirebonan

Belum pernah berkunjung ke Keraton Cirebon? Jangan sedih, di film Musik Untuk Cinta kamu akan diajak berjalan-jalan ke dalam Keraton Cirebon. Meskipun hanya di bagian alun-alunnya, kamu akan tetap puas kok melihat megahnya Keraton Cirebon ini. Sebagai informasi Bela, Keraton Kacirebonan ini dibangun sekitar tahun 1800 dengan gaya arsitektur campuran Cina dan Eropa. Hingga saat ini, sudah 9 keturunan dari Kesultanan Cirebon yang menempati keraton tersebut. (CP istimewa)